Postingan

Gambar
Kingking Si Kelomang yang Tak Pernah Puas Picture by www.bobo.grid.id Pada suatu hari, sekelompok kelomang terlihat sedang berkumpul di dekat bibir pantai. Seekor kelomang kecil bernama Kingking rupanya sedang memamerkan cangkang yang baru saja di temu kannya. “ Hei teman, lihatlah cangkang baruku ini, bagus bukan?” kata Kingking sambil menunjukkan cangkang keong yang dipakainya. “Iya, bagus sekali. Aku juga baru saja mendapatkan cangkang baru ini. Lihatlah!” pamer seekor kelomang besar pada Kingking. Kingking merasa iri karena cangkang yang dipakai oleh temannya itu lebih besar daripada miliknya. Sebetulnya wajar saja karena ukuran tubuh temannya itu lebih besar dari tubuhnya. Namun Kingking merasa tersaingi. Akhirnya ia pun pergi dari kerumunan itu. “Lihat saja nanti , aku akan mencari cangkang yang lebih besar dan kuat,” janji Kingking pada dirinya sendiri. Begitulah, Kingking pun mulai mengembara mencari cangkang-cangkang kosong di seluruh wilayah pantai itu

Olimpiade MIPA

Gambar
Hasil Memang Tak Pernah Mengkhianati Sebuah Usaha. Siswa SD N 02 Banjaran berhasil mewakili kec. Taman Ini adalah sebuah hasil yang benar-benar tidak  disangka sebelumnya. Selama ini kami hanya menjalani proses yang sewajarnya tanpa ada ambisi yang mesti harus diraih. Proses inilah yang mendewasakan kami, melatih kami dan membiasakan kami untuk selalu bersaing dengan diri sendiri. Ya, pesaing yang paling berat adalah diri sendiri. Bagaimana caranya melatih diri untuk konsisten menjaga ilmu yang telah dimiliki agar tidak menguap, itu adalah hal yang sulit. Bagaimana caranya untuk meng- upgrade ilmu secara perlahan tanpa harus menyingkirkan ilmu yang telah ada, itu jauh lebih sulit. Belajar itu mudah. Tapi mempertahankan ilmu yang sudah didapatkan, itu yang sulit. Karena itulah, kami tidak pernah memikirkan bersaing dengan orang lain. Yang kami lakukan adalah bersaing dengan diri kami sendiri. Sebuah ambisi yang sungguh sepele dan tanpa membebani. Ada tiga hal yang per

Mahmud Gaul

Pantaskah Kamu disebut Emak? Kalimat ini muncul begitu saja di benak saya waktu lihat seorang perempuan dengan dandanan yang gaul abis kayak ABG sambil nggendong seorang bayi. Lalu apa yang salah sama Emak itu? Nggak ada yang salah kok. Hanya saja saya miris melihatnya. Apa mereka nggak merasa kasihan sama bayinya jika harus keluar rumah menantang cuaca yang tak terkendali di luar sana? Tentu mereka tak peduli. Mereka cuma peduli dengan image nya. “Ini lho aku, meskipun udah punya anak tapi masih bisa gaul dan tetep eksis,” pikir mereka. Ingin tetap eksis, tapi juga nggak mau dicap sebagai emak yang tak bertanggungjawab terhadap anak. Maka solusinya ya seperti di atas, membawa serta bayi mereka dalam setiap acara. Mak, sadarlah. Kamu itu nggak gadis lagi. Ada banyak hal yang harus kamu urusin selain dirimu sendiri. Ada suami yang kalau pulang kerja tuh penginnya disambut, ditawarin minum, diajakin makan, ngobrol, bukan malah ditinggal pergi ngelayap bareng temen-temen, Mak. S

Kulwap ODOP

Gambar
Kesan dan Pesan Kulwap ODOPfor99days Bersama Monika Oktora Beberapa waktu yang lalu komunitas ODOP mengundang narasumber yang ternyata adalah keluarga kami sendiri yaitu Monika Oktora. Ia adalah seorang penulis buku “GRONINGEN MOM’S JOURNAL” yang saat ini menjadi salah satu best seller di Gramedia. Pada kesempatan itu, Monik bercerita tentang pengalamannya dalam menerbitkan buku sehingga bisa tembus ke penerbit mayor. Saya benar-benar tertarik dengan pokok pembahasan ini karena saya sendiri ingin sekali bisa menerbitkan buku ke penerbit mayor. Ada beberapa hal yang perlu saya garis bawahi pada diskusi kali itu. Pertama, seorang penulis sejati harus bisa menemukan “Big Why” dalam dirinya sendiri. Big why yang dimaksud adalah alasan kuat yang melatarbelakangi kita untuk menulis. Jika kita sudah menemukan alasan tersebut, maka menulis akan menjadi sesuatu yang menyenangkan dan menghibur hati. Jadi kita tidak akan merasa terbebani lagi jika harus menulis setiap hari. Inila

Literasi mading

Gambar
Menumbuhkan Budaya Literasi Lewat Mading Kelas Literasi identik dengan membaca. Namun sebenarnya cakupan dari literasi bukan itu saja lho! Literasi memiliki makna yang lebih luas dari itu. Menurut Sulzby (1986), pengertian Literasi adalah kemampuan berbahasa seseorang (menyimak, berbicara, membaca, dan menulis) untuk berkomunikasi dengan cara yang berbeda sesuai dengan tujuannya. Jadi untuk menumbuhkan budaya literasi di sekolah bukan hanya lewat membaca buku saja, tetapi juga bisa melalui media lain seperti mading kelas. Majalah dinding atau yang biasa kita sebut sebagai mading merupakan sebuah media tulis sederhana yang biasanya penyajiannya dipajang pada sebuah dinding atau sejenisnya. Isi dari mading tersebut sangat bervariatif, mulai dari artikel sederhana, berita / informasi, teks karangan, gambar, karya kerajinan seperti anyaman dan kolase, serta berbagai macam karya fiksi seperti cerpen, puisi, pantun, dll. tampilan dari mading tersebut pun sangat bervariatif tergantung

Toilet Training

Gambar
Cerita Kami tentangToilet Training Emak mana yang tak pernah mengalami drama saat mengajari si kecil toilet training? Tentu setiap emak punya cerita dan masalah yang berbeda-beda. Ya, begitu juga dengan saya. Karena itulah saya ingin berbagi cerita pengalaman seputar toilet training anak saya. Foto Azka dan ibu Namanya Zaidan Atharazka Fahman, anak kedua saya. Kami sekeluarga biasa memanggilnya Azka. Usianya baru 25 bulan. Si kecil Azka sudah sejak kecil (40 hari) mengenakan diapers. Ini saya lakukan karena saya adalah seorang ibu yang bekerja. Jadi seusai cuti melahirkan, saya langsung kembali bekerja dan alhasil Azkapun saya tinggal di rumah bersama dengan neneknya. Dengan alasan karena tidak ingin terlalu merepotkan neneknya, maka diapun memakai diapers. Hal ini terus berlanjut hingga usianya genap 2th akhir Desember 2017 lalu. Awalnya saya agak khawatir dan pesimis dia akan mudah diajari untuk toilet training. Ternyata yang terjadi justru sebaliknya. Saya sukses men

Cerbung

UJIAN CINTA (part 2) “Sayang…ada apa ini? Ayo, kita lanjutkan malam kita,” kalimat manja terdengar lirih dari mulut seorang wanita yang tiba-tiba bergelayut manja di pundak laki-laki itu. “Apa kau sudah gila, Devan! Bagaimana bisa kau membawa pelacur ini ke dalam rumahmu, bahkan di depan mata istrimu sendiri.” David merasakan aliran darahnya naik, begitu melihat wanita yang Devan bawa ke dalam kamarnya. “Jaga mulut kamu David!” Devan membeliak sembari mengarahkan telunjuknya tepat di depan mulut adiknya itu, lalu melanjutkan kalimatnya. “Bahkan istriku tercinta saja, tidak keberatan aku membagi kamar ini dengan wanita lain. Iya kan sayang?” laki-laki itu mengalihkan pandangannya ke arah Elena kemudian berbalik lagi ke arah David, “Lalu, kenapa kau harus marah?” Elena hanya mematung menyaksikan kejadian yang ada di depan matanya saat ini. Ekspresi wajahnya datar, tak ada rasa sedih, kecewa ataupun marah. Justru David, adik iparnyalah yang menunjukkan emosi yang benar-be