Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2017

Cerita Anak

Gambar
KISAH ULIL SI ULAT MUNGIL Disebuah hutan belantara yang sangat lebat, hiduplah seekor ulat kecil bernama Ulil. Ia seekor ulat yang sangat pemberani, cerdik dan selalu ingin tahu. Tapi dia juga suka iri terhadap kehebatan makhluk lain. Pada suatu hari Ulil berjalan-jalan ditengah semak belukar, merembet dari daun yang satu ke daun yang lainnya. Dari kejauhan ia melihat beberapa manusia tengah berkumpul  mengerumuni sesuatu. "Apa gerangan yang dilakukan orang-orang itu ditengah hutan seperti ini?" Gumamnya dalam hati. Ia pun mengintip dari balik dedaunan hijau yang menjalar diantara pohon besar. Dari atas sana Ulil melihat orang-orang sedang memperhatikan dan meneliti sebuah bunga yang sangat besar. Bunga itu tak memiliki batang dan tumbuh menempel pada pohon inangnya. Ulil tak pernah melihat bunga sebesar itu sebelumnya. Setelah orang-orang itu pergi, Ulil mulai merembet berjalan menuju bunga itu. Ada bau yang sangat busuk ketika Ulil mendekatinya. Semakin dekat se

Sajak Masa Lalu

UNGKAPAN HATI Tak jua sirna rasa dihati Tak lelah pula mereka berjalan Ketika manusia tak juga mati Ketika rindu tak terbalaskan Pernah kutanya pada awan Pada bayang yang berjalan Pada panas dihamparan padang pasir Dan pada tetes air mata yang mengalir Mengapa ada cinta yang terlukis dihati setiap insan? Mengapa ada kenangan dalam setiap kisah manusia? Tidak adakah kata indah selain kenangan? Lalu, bahagiakah engkau jika itu sia-sia? Matahari muram, kisahku suram, dan hatikupun kelam, karena kenanganku penuh dengan dendam MALAM Matahari lenyap Senja pun datang Camar laut pulang ke sarang Nelayan siap untuk berlayar Bulan bersinar, bintang bertebaran Tiada awan, tiada kabut Cahaya gemerlap, langit cerah Begitu indah dipandang Oh malam, inilah aku pengagummu Bintang, cahayamu bak intan permata Bulan, sinarmu memberi kehangatan Langit, keindahanmu adalah pesona Seandainya saja dapat, kuinginkan menjadi bagian dari dirimu KEHAMPAAN Sang sur

Nasib Sial

HARI YANG BEGITU SIAL Hari ini tak seperti biasanya. Mita memacu laju motornya dengan begitu kencang. Wajah yang cantik dengan hiasan merah di bibirnya terlihat kontras dengan penampakan mimik sang empunya wajah. Ada yang panas dalam otaknya, bahkan hingga tembus ke dinding hatinya. Jantungnya pun berdegup kencang, seiring napas nya yang terengah-engah menahan tangis. Hingga ia diam seribu bahasa. Bagaimana tidak, naskah RPP yang telah ia persiapkan sejak seminggu yang lalu lengkap dengan penilaian dan portofolio anak, kini telah rusak. Padahal hari ini ada jadwal micro teaching dengan dosen pembimbing. Celaka sudah! Ia tak punya alasan tepat untuk berdalih pada pak Hasan tentang hal ini. Tidak mungkin Mita akan jujur kalau naskahnya terkena tumpahan sarapan bubur ayam si baby Tito, anak pemilik kos. "Kamu terlambat lagi Mita?" sambut pak Hasan dengan wajah bengis. "Iya pak, saya mohon maaf." "Mana tugasmu? Teman-teman satu kelompokmu sudah mengumpulkan

Cerita berbuka puasa

Buka Puasa Lelah, penat, lapar dan haus terbayar sudah setelah kulangkahkan kaki ini masuk kedalam rumah. Tercium aroma harum masakan yang begitu menggugah selera. Samar-samar kulihat istriku tengah sibuk berjibaku dengan peralatan tempurnya didapur. Dia menghampiriku lalu mencium tanganku. "Ayah, masakan sudah siap. Ayo duduk, sebentar lagi waktunya berbuka puasa". Mataku dimanjakan oleh pemandangan lezat yang ada dimeja makan. Asap tipis terlihat mengepul diatas permukaan mangkuk, menebarkan aroma segar khas sayur asem. Lalu ada pula belut goreng yang wanginya pun tak kalah gurih dengan mendoan tempe hangat disamping nya. Ditambah lalapan mentimun dan taoge rebus serta sambal terasi kesukaanku, yang sedari tadi telah merangsang air liurku untuk memproduksi enzim amilase secara berlebihan, seolah telah siap untuk melumatnya. Apalagi jika dinikmati dengan nasi hangat, bisa habis dua piring aku. Ah, rasanya perutku sudah tidak sabar untuk menyantap mereka. Astaghfirullah