Literasi mading

Menumbuhkan Budaya Literasi Lewat Mading Kelas

Literasi identik dengan membaca. Namun sebenarnya cakupan dari literasi bukan itu saja lho! Literasi memiliki makna yang lebih luas dari itu. Menurut Sulzby (1986), pengertian Literasi adalah kemampuan berbahasa seseorang (menyimak, berbicara, membaca, dan menulis) untuk berkomunikasi dengan cara yang berbeda sesuai dengan tujuannya. Jadi untuk menumbuhkan budaya literasi di sekolah bukan hanya lewat membaca buku saja, tetapi juga bisa melalui media lain seperti mading kelas.

Majalah dinding atau yang biasa kita sebut sebagai mading merupakan sebuah media tulis sederhana yang biasanya penyajiannya dipajang pada sebuah dinding atau sejenisnya. Isi dari mading tersebut sangat bervariatif, mulai dari artikel sederhana, berita / informasi, teks karangan, gambar, karya kerajinan seperti anyaman dan kolase, serta berbagai macam karya fiksi seperti cerpen, puisi, pantun, dll. tampilan dari mading tersebut pun sangat bervariatif tergantung dari kreativitas para pembuatnya.

Saya mencoba menerapkan budaya literasi melalui mading ini pada anak didik saya yang merupakan siswa sekolah dasar tingkat 5. Mengapa memilih mading ? Menurut saya mading memiliki manfaat yang sangat banyak terkait dengan literasi. Manfaat tersebut antara lain :
  1. Menumbuhkan minat baca pada siswa
  2. Mengembangkan kreativitas siswa
  3. Memupuk rasa persatuan dan kesatuan pada siswa
  4. Melatih kerjasama antar siswa
  5. Sarana untuk berorganisasi
  6. Melatih siswa untuk mencari suatu informasi
  7. Mengembangkan kemampuan menulis pada siswa
  8. Melatih siswa untuk memanfaatkan waktu luang
Mengingat manfaat mading yang begitu luar biasa, saya pun segera memulainya dengan membagi siswa saya yang berjumlah 39 anak menjadi 4 kelompok. Saya memberi kesempatan kepada siswa untuk memilih dan menentukan sendiri siapa - siapa saja yang akan menjadi anggota kelompok mereka. Setelah kelompok terbentuk, selanjutnya saya memberikan arahan tentang bagaimana dan apa saja yang harus dilakukan oleh siswa dalam mengolah mading kelas. Setelah paham, saya meminta masing-masing ketua kelompok mengambil nomor urut secara acak untuk menentukan kapan kelompok mereka mendapat jatah mengelola mading.

Masing-masing kelompok yang terdiri dari 10 anak akan diberi rentang waktu selama 1 minggu untuk mempersiapkan tulisan-tulisan yang akan dipajang pada mading. Saya memberi arahan agar masing-masing anggota membuat satu jenis tulisan baik itu fiksi maupun non fiksi. Usahakan agar jenis tulisan yang dibuat tidak sama antara satu siswa dengan siswa yang lainnya. Untuk pengelolaannya, saya serahkan pada ketua kelompok untuk membagi tugas pada anggotanya secara adil sesuai dengan kemampuan masing-masing. Misal, siswa yang pandai menggambar diberi tugas menggambar. Siswa yang pandai mengarang diberi tugas membuat cerita atau deskripsi. Sedangkan siswa yang suka berimajinasi diberi tugas membuat pantun atau puisi, dst.

Tugas membuat tulisan ini dimulai dari hari Senin hingga Kamis. Pada hari jumat, ketua kelompok harus mengecek tulisan anggotanya untuk diteliti kelayakannya serta melakukan revisi bilamana diperlukan. Selanjutnya pada hari Sabtu, kelompok tersebut sudah mulai memasang tulisan-tulisan mereka pada papan yang telah disediakan. Menempelkan tulisan, mengolah susunannya, memotong bagian-bagian yang tidak diperlukan, memberikan hiasan pada papan, dan lain sebagainya hingga mading siap untuk dipajang. Langkah terakhir adalah memasang papan mading di tembok bagian belakang kelas agar siap untuk dibaca tepat pada awal pekan nanti.

Nah ini adalah contoh beberapa mading yang telah dibuat oleh siswa. Tertarik untuk mencobanya? Mari kita budayakan literasi sejak dini!


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cerita Anak

Kisah Arjuna