Cerbung

UJIAN CINTA (part 2)

“Sayang…ada apa ini? Ayo, kita lanjutkan malam kita,” kalimat manja terdengar lirih dari mulut seorang wanita yang tiba-tiba bergelayut manja di pundak laki-laki itu.

“Apa kau sudah gila, Devan! Bagaimana bisa kau membawa pelacur ini ke dalam rumahmu, bahkan di depan mata istrimu sendiri.” David merasakan aliran darahnya naik, begitu melihat wanita yang Devan bawa ke dalam kamarnya.

“Jaga mulut kamu David!” Devan membeliak sembari mengarahkan telunjuknya tepat di depan mulut adiknya itu, lalu melanjutkan kalimatnya. “Bahkan istriku tercinta saja, tidak keberatan aku membagi kamar ini dengan wanita lain. Iya kan sayang?” laki-laki itu mengalihkan pandangannya ke arah Elena kemudian berbalik lagi ke arah David, “Lalu, kenapa kau harus marah?”

Elena hanya mematung menyaksikan kejadian yang ada di depan matanya saat ini. Ekspresi wajahnya datar, tak ada rasa sedih, kecewa ataupun marah. Justru David, adik iparnyalah yang menunjukkan emosi yang benar-benar memuncak.

“Dasar!! Kau ini benar-benar…” David mengepalkan tangannya seolah bersiap meninju wajah kakaknya itu, namun ia mengurungkan niatnya melihat Elena berlalu dari hadapannya.
*****000*****

Di dapur rumah, Elena terlihat sibuk memasak. Ia merasa makhluk yang ada dalam kandungannya itu meronta-ronta, meminta jatah tenaganya. Raut mukanya masih datar, benar-benar datar, bahkan setelah semua kejadian yang ia alami malam ini. Oh bukan! Bukan hanya malam ini saja, tapi beberapa hari kemarin juga, beberapa minggu yang lalu, dan bahkan beberapa bulan yang lalu. Ya, Devan suaminya itu selalu membawa wanita yang berbeda saat pulang ke rumah. Entah sudah berapa banyak wanita yang pernah tidur di kamarnya, Elena tak kuasa untuk menghitungnya.

“Elena, apa kau baik-baik saja?”
Suara lirih yang lembut dan penuh perhatian itu selalu saja terdengar menyejukkan, hingga membuat Elena sedikit melupakan beban hidup yang sedang ia jalani saat ini.

“Ya, aku baik-baik saja,” jawab Elena sembari memasukkan sesuap nasi ke dalam mulutnya. “Kau mau sarapan David?” ucapnya basa-basi untuk mengalihkan perhatian. 

Ia tahu betul, ini masih terlalu pagi untuk menawarkan sarapan kepada seseorang. Namun ia tak peduli. Ia terus saja melahap dengan rakus sepiring nasi goreng yang ada di meja makan tanpa mempedulikan David yang sedang menatapnya dengan tajam tepat di hadapannya.

Mereka terdiam membisu. Hanya suara dentingan sendok dan garpu yang beradu dengan piring menemani kebisuan mereka. Sepintas semuanya memang terlihat baik- baik saja. David sudah mulai memahami sikap Elena yang selalu saja diam setiap kali suaminya itu membuat masalah.

Elena, memang wanita yang tegar. Meski selalu disakiti oleh Devan, namun ia tetap bertahan. Lalu, bagaimana Elena akan bertahan dengan kehidupannya?


Eries, November 2017

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cerita Anak

Literasi mading

Kisah Arjuna