Toilet Training

Cerita Kami tentangToilet Training

Emak mana yang tak pernah mengalami drama saat mengajari si kecil toilet training? Tentu setiap emak punya cerita dan masalah yang berbeda-beda. Ya, begitu juga dengan saya. Karena itulah saya ingin berbagi cerita pengalaman seputar toilet training anak saya.

Foto Azka dan ibu

Namanya Zaidan Atharazka Fahman, anak kedua saya. Kami sekeluarga biasa memanggilnya Azka. Usianya baru 25 bulan. Si kecil Azka sudah sejak kecil (40 hari) mengenakan diapers. Ini saya lakukan karena saya adalah seorang ibu yang bekerja. Jadi seusai cuti melahirkan, saya langsung kembali bekerja dan alhasil Azkapun saya tinggal di rumah bersama dengan neneknya. Dengan alasan karena tidak ingin terlalu merepotkan neneknya, maka diapun memakai diapers.

Hal ini terus berlanjut hingga usianya genap 2th akhir Desember 2017 lalu. Awalnya saya agak khawatir dan pesimis dia akan mudah diajari untuk toilet training. Ternyata yang terjadi justru sebaliknya. Saya sukses menerapkan toilet training pada Azka tanpa kesulitan yang berarti, bahkan tanpa disengaja.

Sebenarnya niat saya pada awalnya adalah menyapihnya karena dia sudah genap  berusia 2th. Namun hingga sekarang saya justru belum berhasil melakukannya, saya malah berhasil menerapkan toilet training yang tidak saya prioritaskan sama sekali. Sungguh saya sangat bersyukur.

Ceritanya bermula ketika Azka sudah mulai bosan (red : risih) dengan diapersnya. Dia selalu mecopot diapresnya sendiri walaupun belum terlalu basah oleh cairan pipisnya (red : belum penuh). Ketika hendak di pakaikan lagi (diapers yang baru), dia selalu menolak. Alhasil saya biarkan dia hanya memakai celana kain saja, tanpa diapers. Coba, bisa tebak apa yang terjadi?

Ya, tentu saja pipisnya tercecer dimana-mana disetiap ruangan yang ada di rumah. Bahkan tak jarang Azka mengompol di tempat tidur. Kebayang kan Mak, bagaimana capeknya berulang-ulang membersihkan serta mengepel setiap pipis yang tercecer? Dan ini pasti membuat setiap emak jadi sering emosi, termasuk saya. Namun yang saya salut, Azka selalu bisa menunjukkan dengan tepat dimana dia pipis setiap kali saya bertanya padanya.

Hari-hari berikutnya, saya selalu melakukan sounding pada Azka menggunakan bahasa ibu yang tentunya hanya kami berdua yang mengerti.  Kira-kira artinya seperti ini, “Dek, kalau mau pipis bilang ya! Pipisnya di sana, di kamar mandi!”
Dia hanya menjawab, “Hah..hah..hah..” gemas sekali. Terus terang Azka memang belum lancar berbicara. Di usianya yang sekarang hanya kurang dari 10 kosakata saja yang bisa dia ucapkan dengan benar. Termasuk kata ‘pipis’ juga belum bisa dia ucapkan, justru dia lebih mudah mengatakan ‘ee’.

Azka termasuk anak yang tanggap (menurut saya) dalam mencerna suatu perintah atau arahan. Buktinya dia bisa mengatakan ‘ee’ setiap kali ingin pipis. Meskipun saat saya cek, celananya sudah basah oleh pipis. Itu sangat wajar, setidaknya dia sudah bisa mengutarakan maksudnya walaupun sudah terlambat.

Dua minggu berjalan Azka mulai bisa merasakan hasratnya ketika akan pipis, mungkin karena terbiasa. Suatu ketika dia bilang ‘ee’ sambil memegang alat kelaminnya, seketika itu juga saya berlari menghampirinya. Kemudian saya mencopot celananya dan menggandengya ke kamar mandi. Beberapa derik kemudian terdengar ‘tuuurrr’, Azkapun pipis. “Yeeeay!” ucapnya setengah tersenyum sambil bertepuk tangan. Sayapun ikut bertepuk tangan sebagai reward untuknya. “Horee..Azka pinter!” ucap emak senang bukan kepalang.

Sekarang si kecil Azka sudah berhasil melakukan toilet training denan waktu kurang dari sebulan. Ya meskipun terkadang masih bocor juga, namanya juga anak-anak. Setidaknya dia sudah belajar hal yang penting dalam fase kehidupannya. Si emakpun mendapatkan pelajaran yang sangat berharga dari kejadian ini.

Pertama, teknik sounding ternyata sangat manjur dan cocok diterapkan untuk anak saya yang kedua ini. Dan emak berniat mencoba kembali teknik ini untuk menyapihnya. Kedua, perlu adanya kesigapan dan konsistensi emak dalam melakukan suatu pembelajaran baru (khususnya pada toilet training ini). Ketiga, Azka sangat suka dipuji secara verbal. Jadi jangan lupa memuji anak setelah dia berhasil melakukan kebaikan ya Mak!

Nah, itulah cerita saya dan si kecil Azka dalam menjalani proses toilet training. Lalu bagaimana dengan cerita Anda?


Pemalang, 21 Januari 2018

#Eries
#ODOPfor99Days
#RuangMenulis
#ToiletTraining

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cerita Anak

Literasi mading

Kisah Arjuna